Kecepatan Kereta Api di Tiongkok Bakal Capai 500 Km/Jam
TIDAK puas dengan kecepatan keretanya saat ini, pemerintah Tiongkok kembali mengembangkan teknologi terbaru guna menciptakan kereta api berkecepatan tinggi 500 km/h.
Projek yang sering mereka sebut “Tiongkok Dream” ini, diharapkan dapat menjadi salah satu pilar transportasi tercepat di dunia. Sejumlah peneliti bahkan telah dikumpulkan untuk mensuksesan program ambisius ini.
Salah satu media lokal Tiongkok berhasil mewawancarai Jia Limin, seorang professor di Universitas Beijing Jiaotong.
Jia mengungkapkan bahwa, kereta ini akan berjalan menggunakan sistem hybrid-propulsion terbaru untuk mendapatkan kecepatan lebih tinggi dari kereta sebelumnya yaitu 500 km/h.
Jia berjanji, kereta ini akan dapat digunakan di berbagai iklim ekstrem sekalipun. Mulai dari melewati gurun, menerobos dataran tinggi Alpine, hingga menembus ke berbagai hutan hujan.
Tentu saja, kemampuan beradaptasi adalah salah satu elemen penting yang harus diperhatikan. Oleh karena itu, Tiongkok telah melakukan penawaran untuk membangun jaringan rel kecepatan tinggi yang rencananya akan melewati Inggris, Australia, Asia Tenggara, Iran dan Meksiko.
Namun untuk saat ini, Tiongkok baru berhasil membangun 3.000 km jaringan rel kecepatan tinggi di Turki, Thailand, Indonesia dan Rusia.
Projek ambisius ini ternyata tidak berjalan mulus begitu saja. Setelah mengalahkan Jepang untuk mendapatkan tender pembangunan rel kereta api di Indonesia, ternyata hal tersebut tidak lah berjalan sesuai dengan rencana awal.
Santer beredar kabar bahwa, projek ini mengalami penundaan. Tetapi ada pula yang mengatakan projek tersebut sudah dibatalkan total.
Tidak hanya di Indonesia, Tiongkok kini harus menerima nasib ketika Los Angeles dan las Vegas, memberhentikan kerjasama mereka untuk pembangunan jaringan rel kecepatan tinggi.
Meskipun demikian, Tiongkok masih memimpin di posisi pertama sebagai Negara yang memiliki jalur rel kecepatan tinggi terpanjang di dunia, yakni sepanjang 20 ribu km.
Dan rencananya akan diperpanjang secara bertahap hingga mencapai 45 ribu km pada 2030 mendatang. Dilansir dari Shanghaiist, Selasa (27/9/2016).*okezone