Daya Saing Pariwisata Indonesia Melonjak 8 Peringkat

“Pencapaian ini hasil upaya yang direncanakan, bukan datang tiba-tiba,” ujar Menteri Pariwisata (Menpar), Arief Yahya, Jumat (7/4).
Dijelaskan, 14 elemen yang dikalibrasi oleh TTCI yang berpusat di Jenewa, Swiss, itu. Dari 14 elemen, ada 3 elemen yang pada tahun 2015 menempatkan Indonesia di peringkat di atas 100 dari 141 negara. Ketiganya, yakni environmental sustainability peringkat 134, health and hygiene (109), serta tourist service infrastructure (101). “Semua hal yang membuat indeks kompetitif kita rendah itu, semua bukan domain Kempar,” ujarnya.
Sejumlah elemen lain yang berperingkat rendah juga bukan masuk tanggung jawab Kempar. Elemen dimaksud, antara lain ICT Readiness peringkat 85, safety and security di peringkat 83, dan ground and port infrastructure nomor 77.
Arief menekankan, tugas utama kementerian yang dipimpinnya adalah promosi pariwisata. Untuk itulah, Menpar meluncurkan konsep Indonesia Incorporated, yang dimaksudkan untuk mengelola sektor pariwisata lintaskementerian ini secara bergotong royong.
Menko Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan difungsikan sebagai system integrator, dan sejauh ini sudah berjalan dengan koordinasi yang bagus. “Coba, kalau kementerian yang terkait dengan kepariwisataan digabungkan menjadi satu, maka semua keputusan akan sangat cepat dan terarah,” tambahnya.
Dia menegaskan, makna daya saing pariwisata ini sangat penting artinya untuk mendongkrak turisme di Tanah Air. Menpar menyebut formula “3C”, untuk menjelaskan mengapa hal tersebut penting, yakni confidence, credibility dan calibration.
Pertama, confidence, otomatis level bangsa ini naik. “Secara internal, ke dalam negeri, kita makin percaya diri, bahwa bangsa kita mampu bersaing di level dunia. Kita yakin, bahwa di pariwisata kita bisa berkompetisi dan memenangkan persaingan.
Kedua, credibility bangsa ini mulai baik. “Secara eksternal, ke luar, kita juga semakin diakui, dipercaya, kredibel, orang semakin tahu bahwa ‘Wonderful Indonesia’ memang hebat. Yang menyatakan kalau Indonesia hebat, bukan kita sendiri, tetapi oleh lembaga dunia yang juga kredibel,” jelas mantan Dirut PT Telkom itu.
Ketiga, calibration, dengan membandingkan fakta lapangan dengan standar dunia. “Setelah dikalibrasi dan dipotret dengan kriteria dan standar dunia, ternyata kita naik 8 peringkat. Ini pencapaian positif, sebab standar yang sama juga dipakai untuk memotret dan mengukur indikator dari semua negara,” ungkapnya.
Ada sejumlah perbandingan menarik dari laporan daya saing pariwisata menurut TTCI WEF itu. Di antaranya, Indonesia naik 8 peringkat menjadi 42, Malaysia turun satu peringkat menjadi 26, Singapura juga anjlok 2 peringkat, sedangkan Thailand naik 1 level ke peringkat 34. “Proyeksi Tahun 2019, Indonesia akan naik menembus 30 besar dunia,” ungkap Arief.
Menpar memaparkan, sejumlah kriteria yang naik peringkat, antara lain, business environment naik 3 level ke posisi ke-60, healthy and hygiene naik hanya 1 level ke 108, international openness naik drastis 55 peringkat menjadi 17. “Ini karena kebijakan bebas visa kunjungan, dari 15 negara menjadi 169 negara,” jelas Menpar.
Kriteria lainnya, prioritization travel and tourism naik dari 15 ke 12, environment sustainability sedikit membaik, meskipun masih di posisi 131 dari 134 dunia. Selanjutnya, air transport infrastructure membaik 3 peringkat, dari 39 ke 36, ground and port infrastructure naik dari 77 ke 69, tourism service infrastructure juga naik dari 101 ke 96, serta natural resources melejit dari 19 ke 14.
Menpar menekankan, tiga prioritas utama Kempar 2017 diyakini akan menjadi jawaban perbaikan peringkat Indonesia k depan. “Tiga prioritas kerja Kempar 2017 itu juga mengacu pada TTCI, antara lain Go Digital, Homestay, dan Air Connectivity,” jelas Arief Yahya.beritasatu